Dilema Bunga Hydrangea
Makna Bunga Hydrangea (Kembang Bokor, Sanggul, Pelung)
Bunga Hydrangea sangat populer juga di daerah Bali, karena merupakan sarana upacara khususnya sarana canang. Setiap hari umat hindu mengunakan canang, lebih banyak keperluan bunga pada saat hari raya besar.
Sisi lain masyarakat Bali yang menggunakan bunga ini jarang mengetahui asal keberadaan bunga ini. Bunga ini berasal dari luar Bali mulanya sebagai tanaman hias di pekarangan rumah. Penanaman ini berkembang di dataran tinggi Kabupaten Tabanan, kemudian merambah ke daerah hulu Kabupaten Buleleng, Desa Wanegiri, Asah Gobleg. Desa Gesing.
Hydrangea memiliki makna yang beragam berdasarkan dari keyakinan dan cerita yang berbeda di tiap tempat. Berikut beberapa diantaranya:
Menurut legenda Jepang, bunga hydrangea bermakna permintaan maaf dari kaisar Jepang yang telah mengabaikan wanita yang dicintainya karena urusan negara dan menunjukkan betapa ia sangat peduli dengannya.
Berdasarkan cerita tersebut di atas, buket bunga hydrangea bermakna ungkapan rasa syukur dan perasaan tulus sepenuh hati dari pemberi atas pengertian sang penerima bunga.
Beberapa mengatakan bahwa bunga ini berarti kesombongan yang dicerminkan dari bunganya yang melimpah dengan mewah namun memiliki biji yang sangat sedikit.
Bunga ini juga diberikan pada seseorang yang telah menolak pernyataan cinta sebagai tanda bahwa mereka tega dan berhati dingin. Begitupun sebaliknya bunga ini juga dapat diberikan sebagai pesan “Tidak, terima kasih” untuk sebuah penolakan. Tega kamu Mas!
Pada Abad Pertengahan beberapa orang percaya bahwa wanita muda yang memelihara dan memilih bunga hydrangea tidak akan pernah menemukan pendamping hidup
Terlepas dari pembahasan Makna bunga Hydrangea diatas, ada sisi ekologis yang patut dikritisi yakni lokasi penanaman bunga ini mengambil daerah hutan negara di daerah hulu Kabupaten Buleleng. Masyarakat yang merambah dan membabat hutan untuk dialih fungsikan belum menyadari fungsi, serta perbedaan hutan dengan kebun. Pertimbangan ekonomi dan kemudahan mengakses hutan negara sering disalah gunakan oleh masyarakat yang bermukim diperbatasan hutan negara.
Pemahaman dan kesadaran bersama untuk menjaga kelestarian ekosistem alami hutan. Hutan yang terbentuk ribuan tahun lalu, jika sudah terjadi kerusakan hutan akan sulit dikembalikan.
Hutan seperti spon busa kasur, jika ada hujan tudung daun bagian atas sebagai payung, laju hujan tertahan pada bagian atas kemudian secara perlahan menetes kebagian bawah pohon yang lebih rendah, air secara bertahap melalui cabang-cabang tumbuhan sulur sebagai penyalur air sampai ke bawah. Pada permukaan tanah banyak tumpukan daun yang mampu menyerap air dalam jumlah banyak, air akan diserap oleh bagian humus dedaunan.
Kandungan air yang berlebih akan diserap oleh tanah. Dalam kurun waktu musim hujan pertumbuhan akar dan tumbuhan sekaligus mempercepat penyerapan air untuk pertumbuhannya. Air yang tertahan atau terpampang di hutan lebat volumenya sangat tinggi seperti Spon busa yang mampu menyerap dan menyimpan air, sebagai cadangan dimusim kemarau.
Saya sudah 2 tahun tidak menggunakan bunga pelung, langganan canang pake daun pisang dan semat tanpa bunga pelung.
Suksme 🙏
Kita hanya bisa mengubah diri, tidak bisa mengubah dunia